Sinovac hanyalah salah satu dari beberapa vaksin corona yang siap mengatasi masalah wabah covid-19. Ada beberapa vaksin lain yang juga tengah dilakukan pengembangan, salah satunya vaksin dari Pfizer dan BionTech.
Pfizer dan BionTech, adalah perusahaan farmasi ternama di dunia. Saat ini, perusahaan tersebut, tengah mengembangkan vaksin Covid-19 buatan mereka sendiri. Namun, uji klinis vaksin mereka, belum rampung fase III. Nah, berikut akan kami paparkan fakta terkait jenis vaksin terbaru ini.
Proses Uji Klinis Vaksin Pfizer dan BionTech
Pelaksanaan uji klinis vaksin Pfizer dan BionTech melibatkan anak usia 12 tahun, maupun orang dewasa hingga usia 85 tahun. Namun, menurut Beate Kampmann, seorang profesor dari London School of Hygiene & Tropical Medicine memaparkan, bahwa data terkait uji klinis yang dilakukan belum dirilis.
Umumnya, kebanyakan vaksin yang didistribusikan pada lansia, tidak seefektif yang didistribusikan pada orang yang lebih muda. Pasalnya, lansia tidak selalu meningkatkan respons kekebalan yang efektif pada infeksi alami. Akan tetapi, pihak Pfizer dan BionTech, memaparkan bahwa mereka akan melihat datanya.
Pihak terkait juga mengatakan, bahwa sejauh ini, vaksin masih aman dan tidak menimbulkan masalah yang serius. Akan tetapi, pengumpulan data terkait pengujian keamanan vaksin, masih terus dilakukan oleh Pfizer dan BioNTech.
Paul Hunter, seorang profesor kedokteran dari University of East Anglia, memaparkan bahwa ada beberapa efek samping yang bisa saja muncul sesudah pemberian vaksin. Misalnya seperti efek demam atau sakit lengan.
Pfizer dan BioNTech sendiri merupakan jenis vaksin baru. Artinya, bukan tidak mungkin seseorang bisa timbul alergi pada salah satu komponennya.
Tingkat Kesuksesan Vaksin Pfizer dan BioNTech
Pihak Pfizer dan BionTech mengklaim, bahwa vaksin yang mereka buat, terbukti efektif pada 90% orang. Lalu, kenapa 10% sisanya tidak berhasil? Menurut seorang pakar virus dari University of Leeds, bernama Dr. Stephen Griffin, ia menguraikan bahwa sangat sulit untuk menjelaskan kenapa vaksin tersebut tidak berhasil.
Menurut Griffin, untuk mengetahui tingkat kegagalan 10% tersebut, harus diketahui siapa pasiennya terlebih dahulu. Dia pun menjelaskan bahwa vaksin bisa saja bekerja pada orang yang berbeda-beda secara berlainan juga.
Artinya, seseorang sering mendapatkan hasil dengan tingkat respon yang berbeda-beda dalam populasi. Sehingga sangat sulit untuk memahami secara pasti kenapa sebagian orang merespon dan sebagiannya lagi tidak merespon vaksin tersebut.
Fakta Hasil Uji Klinis Vaksin Pfizer dan BionTech
Hingga artikel ini ditulis, efektivitas vaksin Pfizer dan BionTech sudah mampu melindungi 90% orang yang sudah divaksinasi. Efektivitas tersebut, dihitung 7 hari sesudah vaksin disuntikkan kepada pasien.
Akan tetapi, hasil ini kemungkinan besar akan berubah tergantung pengumpulan data dalam waktu yang panjang. Selain itu, untuk dapat memastikan berapa lama vaksin ini bisa bertahan melindungi seseorang, diperlukan penelitian lanjutan.
Penelitian nantinya akan meliputi kekebalan, sel T, dan juga antibodi. Selain itu, penelitian juga termasuk pada risiko paparan berulang.
Selain itu, vaksin dari perusahaan Pfizer dan BionTech, belum terbukti mampu mencegah penularan virus. Namun, vaksin sudah terbukti mampu melindungi pasien dari infeksi virus corona.
Menurut perusahaan pengembang vaksin, menjelaskan bahwa seharusnya vaksin bisa menghentikan penularan dari satu orang ke orang lain. Pasalnya, vaksin tersebut diklaim bisa menghentikan infeksi, yang artinya juga bisa menghentikan penularannya. Namun, hal ini perlu dilakukan pengujian lebih lanjut.
Itulah kabar terbaru seputar vaksin Corona yang sedang dibuat dan dikembangkan oleh perusahaan Pfizer dan BionTech. Terus ikuti perkembangan informasi kesehatan dan vaksin Covid-19 hanya di Halodoc. Jika Anda ada permasalahan kesehatan, juga bisa langsung bertanya di Halodoc.